Ketika Anda mengalami ketegangan dengan orang lain, baik atasan, istri atau pun anak, maka sebaiknya beranilah menyatakan pendapat dan argumen Anda, karena menghindari konfrontasi bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Berdasarkan sebuah studi, hal ini dikaitkan dengan peningkatan hormon kortisol, yaitu hormon pemicu stres.
Ketika seseorang menghindar dari sebuah pertengkaran dan tidak berani menyatakan pendapat, maka akan terjadi peningkatan hormon kortisol secara abnormal sepanjang hari.
"Berhubungan dengan orang lain memiliki pengaruh yang penting pada perasaan kita setiap hari, terutama bila terjadi masalah dalam hubungan. Cara kita menanggani masalah sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan," ujar Kira Birditt, peneliti dari Institute for Social Research di University of Michigan, seperti dilansir dari LiveScience, Sabtu (14/8/2010).
Hasil studi ini telah dipresentasikan pada Konvensi Tahunan American Psychological Association yang ke-118 pada 12 Agustus lalu.
Dalam studi tersebut, peneliti ingin mengetahui dampak kesehatan dari perilaku menghindar dan tak berani menyatakan pendapat.
"Orang yang cenderung menghindari konflik memang tidak menunjukkan gejala fisik langsung, tetapi hal ini akan dikaitkan dengan gejala-gejala abnormal fisik jangka panjang," jelas Birditt.
Orang-orang yang menghindari ketegangan dan tidak berani menyatakan pendapat, akan mengalami peningkatan tajam hormon kortisol dan penurunannya akan sangat lambat. Peningkatan hormon kortisol inilah yang dapat menyebabkan gejala fisik abnormal jangka panjang.
Kortisol dalam dosis kecil sebenarnya dapat memberikan efek positif bagi tubuh, yaitu meningkatkan kewaspadaan dan bermanfaat dalam pengaturan gula darah.
Tapi hormon ini selalu meningkat saat sedang frustrasi sehingga disebut juga 'hormon stres'. Dan bila peningkatan hormon terjadi secara tajam, maka dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Peningkatan hormon kortisol dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah. Dengan kata lain, orang yang tak berani menyatakan pendapat lebih rentan terkena penyakit jantung dan stroke.
Tak hanya itu, peningkatan hormon kortisol juga dikaitkan dengan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan impotensi bagi pria.